Oleh: Ustadz Benjamin Adz Zhohiri
Bismillah!,
Bahwa tidak ada sesuatu dari perjalanan umat ini yang tidak disampaikan oleh Rosulullah صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ . Adalah sosok sahabat mulia Ammar bin Yasir رَضِيَ اللَّه عَنْهُم dia berkata:
فَقَالَ: مَا عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْ ئًا لَمْ يَعْهَدْهُ إِلَى النَّاسِ
“Rasulullah صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah berpesan kepada kami tentang sesuatu pun yang belum beliau
pesankan kepada umat”
[Musnad Imam Ahmad dari Musnad Penduduk Kufah no 17594]
Adapun sahabat mulia Abu Dzar رَضِيَ اللَّه عَنْهُم berkata:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ, قَالَ: لَقَدْ تَرَكَنَا رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا يَتَقَلَّبُ فِي السَّمَاءِ طَا ئِرٌ إِ لَّا ذَكَّرَنَا مِنْهُ عِلْمًا
Dari Abu Dzar berkata, ‘Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam meninggalkan kami dan tiada burung
yang terbang kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan tentang ilmunya’
[Musnad Imam Ahmad no 20467]
==================================
Di antara Nubuwwah Nabi kita:
Dan di antara yang telah beliau لَّمَ s هِ وَسَ s لَّى اللَّه عَلَيْ s صَ sampaikan melalui para sahabat rodhiallahuanhum
ajmain adalah mengenai millah kufur demokrasi yang akan diikuti oleh mayoritas umat beliau,
sebagaimana sabdanya:
فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ فَ لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُ ؤَدِّي ا لْأَمَانَةَ
“Kontan manusia berbondong-bondong saling berbaiat (bertransaksi), dan nyaris tak seorangpun
menunaikan (melaksanakan) amanah”
Selanjutnya beliau bersabda:
,فَيُقَالُ إِنَّ فِي بَنِي فُ لَا نٍ رَجُ لًا أَمِينًا وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا أَظْرَفَهُ وَمَا أَجْلَدَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ
Dan dikatakan: “di Bani Fulan bin Fulan ada laki-laki terpercaya”, dan dikatakan kepada Laki-laki tadi:
“Alangkah bijaknya dia, alangkah cerdasnya dia, alangkah pemberaninya dia,” padahal sama sekali tak
ada setitik iman pun dalam hatinya.
[Lihat Shahih Bukhori no 6016]
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafadz:
قَالَ فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُ ؤَ دِّي ا لْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي فُ لَا نٍ رَجُ لًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ وَ أَظْرَفَهُ وَ أَعْقَلَهُ
وَمَا فِي قَلْبِهِ حَبَّةٌ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
“Manusia pun saling berbai’at (bertransaksi) dan hampir tidak ada seorang pun yang melestarikan
amanat hingga dikatakan ada seseorang terpercaya di Bani fulan, hingga dikatakan kepada seseorang
alangkah kuatnya dia, alangkah cerdasnya dia dan alangkah pintarnya dia, padahal di hatinya tidak ada
keimanan sekecil apa pun.”
[Lihat Musnad Imam Ahmad no 22171, dan diriwayatkan oleh para imam yang lain]
Syarah:
- Di awal hadis Bukhori, Imam Ahmad dan iman yang lain, semuanya berbicara mengenai pendahulu
Umat ini (para Salaf, yakni para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, Bani Umayyah dan Abbasiyyah)
adalah orang-orang yang amanah, yakni yang mengamalkan al Quran dan as Sunnah sebagai petunjuk
hidup mereka, sebagaimana sabdanya:
أَنَّ ا لْأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ ثُمَّ عَلِمُوا مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ عَلِمُوا مِنْ السُّنَّةِ
“Di awal mula amanah diturunkan dalam relung hati para hamba, kemudian mereka tahu al Quran dan
tahu sunnah”
kemudian lambat-laun generasi berikutnya semakin rusak hingga pada akhir jaman, mayoritas
muslim itu mengamalkan amalannya orang-orang musyrik, yakni “Demokrasi”,
Ketika perkara demokrasi ini menjadi perkara umum, maka semua orang-orang yang terlibat di
dalamnya adalah orang-orang musyrik, sekalipun awalnya mereka muslim, sebagaimana maksud dari
sabdanya: ‘ انٍ sss رْدَلٍ مِنْ إِيمَ sss الُ حَبَّةِ خَ sss مِثْقَ ’, yakni TIDAK MEMILIKI KEIMANAN SETITIK-PUN DI
HATINYA. Berarti orang-orang yang mengamalkan ajaran millah kufur demokrasi itu tidak lain adalah
orang-orang Musyrik!
Kata-kata ‘ يَتَبَايَعُونَ ’ yakni ‘mereka saling bertransaksi’ adalah aktivitas politik sebagaimana dahulu
Bani Israil saling bertransaksi di parlemen mereka guna mengganti hukum ‘hudud dan qisosh’ dengan
hukum yang saling mereka sepakati. Adapun ‘ يَتَبَايَعُونَ ’ dalam lafadz itu adalah demokrasi, karena ciri
demokrasi tidak lain memunculkan orang-orang yang tidak amanah, yang mengganti amanah atau yang
menyia-nyiakannya. Orang-orang tersebut kemudian dikagumi dengan sebab kondisi dhohir mereka
memang popular dan dikenal dengan sebab ‘pencitraan’ hingga membuat orang-orang awam yang
bodoh kagum, padahal mereka itu sama sekali tidak memiliki keimanan sedikitpun.
Orang-orang musyrik yang mengamalkan demokrasi dipandang oleh orang-orang awam masih
muslim, sementara Rosulullah menyebut mereka itu ‘ انٍ s رْدَلٍ مِنْ إِيمَ s مِثْقَالُ حَبَّةِ خَ ’ yakni musyrik sekalipun
semua manusia mengagumi mereka.
Dengan demikian dalam pandangan Islam itu yang diukur dari seseorang itu adalah keimanannya,
dan bukan penampilannya, sementara agama Dajjal demokrasi itu justru menonjolkan dan ‘mem-blowup’
pesona seseorang yang artificial untuk menipu dan menjauhkan seseorang dari agamanya.
Dari hadits itu, jelas sekali tidak ada ‘udzur dengan sebab jahil’ bagi orang-orang yang mengamalkan
agama demokrasi, dan semua mereka dihukumi tidak lagi memiliki iman alias ‘musyrik’, jika mereka
‘bertransaksi’ atau menceburkan diri dalam kubangan agama syirik demokrasi sekalipun semua
manusia memang kagum atas mereka.
Wallahu’alam. Wasallam.