Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jujur, semenjak myQuran vakum lama saya jarang nulis panjang dengan serius. Karena kalau nulis serius takut viral 😆
Tapi ada bahasan yang bisa menggerakan jari ini untuk mengetik panjang setelah melihat bahasan Video kajian antara Ustadz Abdul Somad (kita singkat jadi UAS) dan Ustadz Idrus Ramli (kita singkat jadi UIR) yang membahas terkait pemahaman keagamaan di dalam Ahlus Sunnah (Sunni) yaitu Asy’arie dan Salafy-Wahabi. Video ini di Channel Youtube UAS sudah mencapai Ratusan Ribu Viewers … dan memang obrolan terkait Asy’arie dan Wahabi ini selalu menjadi bahasan yang rame dan tentunya dengan segala polemiknya.

Dalam Video itu muncul bahasan tentang dimana posisi Allah dan bagaimana menjelaskan posisi Allah itu? Posisi Allah SWT di Arasy maka diterjemahkan secara textual oleh Kalangan Salafy-Wahabi yaitu Allah SWT bersemayam di Arasy namun tidak bisa disamakan dengan Manusia bagaimana bersemayamnya, sedangkan Asy’arie menerjemahkan bahwa Arasy itu Allah berkuasa (menggunakan takwil). Bahasan terkait Posisi Dimana Allah itu di myQuran Forum lama (terutama sebelum Tahun 2014) menjadi salah satu thread terpanjang dan terlama bertahun-tahun dan sampai sempat disuspend beberapa kali karena seperti terjadi debat kusir
Saya pribadi, tidak dalam kapasitas menilai ucapan 2 Ustadz tersebut terkhusus UIR yang begitu hitam dan putih menilai perbedaan Asy’arie dan Salafi-Wahabi. Karena posisi saya adalah seorang Muslim yang awam dalam masalah agama namun sering menemui artikel terkait pembahasan terkait polemik dan benturan pemahaman Salafi-Wahabi dengan Asy’arie ini dengan segala turunan perdebatannya di internet, baik ketika dibahas di forum-forum internet (termasuk myQuran) dan pasca booming Sosial Media seperi Facebook dan Instagram seperti saat ini. oleh karena itu saya ingin memberikan pandangannya.
Jika saya compare terkait benturan pemahaman Asy’arie dan Salafi Wahabi saat ini, apa yang saya amati adalah untuk daerah Jabodetabek sudah mereda fasenya. Bisa dibilang puncaknya mungkin sekitar Tahun 2010-2015, dimana seperti yang Ustadz Abdul Somad sampaikan sampai ada Ustadz Salafy yang mencapnya Kafir karena menerjemahkan Arasy itu dengan Allah berkuasa. Tapi semenjak 2016 yang mencapnya kafir bertaubat atas kesalahan pemahamannya itu.
Saat ini Cap gampang melabeli pihak lain dengan sebutan Ahlul Bid’ah makin mengkerut alias makin sedikit, walaupun di Sosmed bertebaran akun anonim yang masih menggunakan dakwah tukang ngasih label diluar kelompoknya ahlul bid’ah (bahasanya mereka yaitu TAHDZIR) tapi kalau di dunia nyata di daerah Jabodetabek sudah lebih toleran ukhuwah islamiyah-nya. Seperti Asatidz Salafy Ustadz Khalid Basalamah, Firanda Andirja, Syafeeq Basalamah sudah sering bersilaturahim dengan Asatidz Asy’arie seperti Ustadz Absul Somad ataupun Habieb Riziek dan lain-lain. Pengaruh para Asatidz yang dianggap Wahabi sering bersilaturahim dengan para Asatidz Asy’arie itu banyak pengaruh di “grass root” terutama bagi Jemaah pengajian Youtube. Teman saya walaupun hampir tiap hari dengerin ceramah Ustadz Khalid Basalamah tapi juga dengerin ceramah UAS, ketika ayahnya meninggal tetap menyelenggarakan tahlilan karena di kampung ayahnya biasa menyelenggarakan tahlilan. Ketika ditanya apa itu Salafi Wahabi? dia gak ngerti begituan … dijawabnya: gue cuman rajin sholat 5 waktu dan juga melaksanakan ibadah Sunnah lainnya.
Banyak Jamaah Youtube sudah mulai faham mana perkara Ushul (Perkara Pokok dalam Agama) dan mana perkara cabang (khilafiyah). Seperti menghadapi dengan bijak terkait Qunut Shubuh, Perayaan Isra Mi’raj, Tahlilan dan lain-lain
Tapi yang terjadi di daerah seperti tidak terjadi seperti di Jabodetabek, ketika ngobrol dengan seorang Teman yang ada di Jawa Timur, Dakwah Salafi Wahabi ini sedang berkembang dengan cara yang sama seperti pas booming di Jabodetabek 2010-2015. Dimana tidak sedikit ucapan label Ahlul Bid’ah kepada orang-orang diluar kelompok gampang keluar. Dan mungkin ini juga ditemui oleh Ustadz Idrus Ramli di lapangan karena beliau pun berasal dan banyak beraktivitas di Jawa Timur. Dakwah Salafi Wahabi yang gampang melabeli Ahlul Bid’ah menghasilkan sanggahan dari dakwah ala UIR yang menganggap bahwa Wahabi dan segala pemahamannya tentang Agama adalah bermasalah dan harus diluruskan. Dan bisa jadi di daerah lain pun di Indonesia mungkin terjadi gesekan seperti ini …
Dan ada hal penting lain lagi, lalu bagaimana yang kadang Asy’arie dan kadang dianggap Wahabi? karena pemahaman agamanya kadang ikut Asy’arie dan kadang ikut Wahabi? tapi tetap Ahlus Sunnah Waljamaah?
Karena di Indonesia saja, banyak yang mengaku Asy’arie tapi dalam prakteknya tidak menjalan ajaran Madzhab Syafi’i. Contoh masalah Populer saja tentang Jilbab: kata Gus Baha bahwa pendapat Ulama Syafi’iyyah memakai Cadar itu wajib, dan mayoritas Madzhab lain juga. Hanya Madzhab Imam Hanafi yang tidak menganggap Cadar itu tidak wajib. Dan mayoritas Syafi’iyah di Indonesia ketika berjilbab banyak yang tidak bercadar ^_^